Jumat, 04 September 2009
GEMBALA SIDANG
Lahir di Banyuwangi,8 Oktober 1966
Istri
Angela Esti Lestari
Sleman,8 Pebruari 1967
Anak
Glorybell Ivana Asela Margawignya
4 Nopember 1993
George Asela Margawignya
28 September 1998
Alamat:
Jl.Glugu 21 Purwodadi - Grobogan
Khotbah,6 September 2009
Yakobus 1 : 2 - 8
Segenap bagian bacaan ini berbicara tentang ujian. Ada berbagai sisi dari ujian di dalam Alkitab seperti penderitaan akibat kemiskinan; sakit penyakit serta kelemahan jasmani; penganiayaan; tekanan emosi; dan sebagainya. Semua itu adalah hal-hal yang tidak kita inginkan.
Yakobus menyuruh kita bersukacita di dalam berbagai ujian itu! Mentalitas macam apakah ini? Apakah itu berarti bahwa dia ingin agar kita mencari-cari penderitaan?
Mengapa kita harus bersukacita di dalam berbagai-bagai ujian? Bagaimana kita dapat bersukacita saat menghadapi berbagai macam perkara yang tidak kita senangi? Mungkin kita perlu membaca sedikit lebih jauh lagi untuk mencari petunjuk tentang hakekat dari ujian-ujian yang disebutkan di sini. Bagaimana pun juga, kita tahu persis bahwa ujian yang dibicarakan oleh Yakobus ini jelas bukan hal-hal yang menyenangkan.
Sebelum kita masuk dalam pengertian mengapa kita harus bersukacita di dalam berbagai ujian, pertama-tama kita harus mengerti ujian macam apa yang dibicarakan oleh rasul Yakobus di sini.
Yak 1:2-8, KIta akan segera melihat bahwa Yakobus sedang berbicara tentang ujian iman. Kita bisa melihat poin ini di dalam ayat 3. Saudara, tahukah kita bahwa iman kita kepada Allah harus melalui pengujian?
Banyak orang yang berpikir bahwa percaya kepada Yesus itu adalah hal yang sangat mudah. Banyak orang berpikir bahwa dengan menyatakan diri mereka 'percaya' kepada Yesus maka mereka sudah menjadi Kristen. Selanjutnya segenap kehidupan mereka akan aman dan terjamin, segala sesuatu akan berjalan lancar, dan mereka bisa menikmati kehidupan yang stabil di dunia ini, tinggal menunggu saat pergi ke surga saja.
Di sini,
- Yakobus ingin mengingatkan kita bahwa iman kita kepada Allah pasti akan diuji.
- Saat kita menghadapi ujian, bagaimana pun juga, kita tidak boleh lupa bahwa berkat Allah tersembunyi di dalam ujian itu ayat 12.
Mengapa kita harus bersukacita di tengah berbagai macam pencobaan? Ayat 4 memberitahu kita alasannya. Ujian iman membantu kita untuk menjadi sempurna, utuh, tidak kekurangan sesuatu apapun. Apa maksudnya? Kesempurnaan yang disebutkan di sini berkaitan dengan kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani adalah kehidupan yang berlimpah, tidak kekurangan sesuatu apapun - mencakup hikmat, kuasa dan kasih rohani. Inilah tepatnya makna dari kata 'utuh, tidak kekurangan sesuatu apapun'.
Dengan kata lain, ujian bisa membantu kita bertumbuh secara rohani menuju kedewasaan, menuju kepenuhan kedewasaan Kristus.
Saat kita menghadapi pencobaan dan kesukaran, Kita harus menyadari bahwa semua itu adalah cara Allah untuk membantu kita bertumbuh. proses ini harus dilalui oleh setiap orang dewasa. ujian iman bukan kemalangan
Ujian dan Terik Matahari
Yesus sudah memberitahu kita dengan sangat jelas akan hal ini di dalam perumpamaan tentang penabur benih.. Matahari di dalam perumpamaan ini melambangkan kesukaran dan aniaya, yaitu pencobaan (Mat 13:21). Setelah membaca perumpamaan tentang penabur, pernahkah Anda berpikir mengapa tanah jenis yang kedua tidak menghasilkan buah? Apakah karena terik matahari (pencobaan) yang membuat mereka menjadi gagal?
Bukankah mereka akan bisa sampai dengan selamat ke dalam kerajaan jika Allah tidak membiarkan mereka terkena pencobaan? Salah siapakah ini? Matius 13:21 dengan jelas memberitahu kita bahwa alasan mengapa mereka gagal adalah karena mereka tidak berakar, bukan karena ujian itu.
Kita bukan saja tidak bisa menuduh matahari sebagai biang kegagalan tersebut, matahari justru membantu pertumbuhan tanaman tersebut, ia membantu tanaman itu memperdalam akarnya. Berhadapan dengan terik matahari, tanaman harus mencari jalan untuk memperdalam akarnya ke dalam tanah, dalam rangka mencari air supaya bisa bertahan menghadapi panas yang bisa mematikan itu.
Demikianlah, di dalam ujian iman ini, entah pencobaan itu berbentuk kesukaran atau aniaya, entah besar atau kecil, semua dipakai Allah untuk membantu kita memperdalam akar rohani, untuk memperdalam hubungan kita dengan Allah, supaya kita bisa bertumbuh dan menghasilkan banyak buah bagi Tuhan.
Alkitab menggunakan gambaran lain lagi untuk melukiskan makna penting ujian iman. Rasul Petrus menggunakan gambaran pemurnian emas di dalam 1 Pet 1:6-7. Rasul Petrus memakai api sebagai gambaran ujian. Allah baru akan mendapatkan emas yang murni dengan memanaskannya dengan api. Semakin kuat panas dan lama emas itu berada di dalam api maka semakin murni dan berharga emas yang dihasilkan. Inilah yang dimaksudkan oleh rasul Yakobus sebagai menjadi sempurna, utuh dan tidak kekurangan sesuatu apapun.
Bagaimana bertahan menghadapi pencobaan? Bagaimana kita dapat bersukacita menghadapi pencobaan? Jelaslah, karena ini adalah ujian iman, maka kita harus menghadapinya dengan iman.
Pencobaan itu sendiri melibatkan penderitaan yang besar; ini bukanlah hal yang mudah. Itu sebabnya mengapa rasul Petrus Imannya kepada Allah akan memberi dia harapan; dan harapan itu akan memampukan dia untuk mengatasi semua kesukaran dan aniaya.
Yakobus 1:5.memberitahu kita untuk meminta kepada Allah. Rasul Yakobus menggeser perhatian kita dari ujian itu ke arah Allah. Ini adalah poin yang sangat penting.. Kebanyakan orang Kristen di saat menghadapi pencobaan dan ujian, mereka akan mulai menuduh orang lain dan segala sesuatu Menuduh orang lain, hanya akan membuat keadaan kita bertambah buruk.
Yakobus memberitahu kita bahwa pencobaan pasti akan menimpa semua orang Kristen. Kita perlu mengalihkan mata kita ke arah Allah, meminta Dia menganugerahkan kita kekuatan dan hikmat untuk menghadapi [ujian itu].
Jika kita memiliki hikmat rohani untuk memahami bahwa berkat Allah tersembunyi di dalam ujian itu, memahami kehendak Allah bagi kita, memahami bahwa Allah sedang membuat kita menjadi semakin serupa dengan Yesus melalui ujian itu –
. Jika kita kekurangan hikmat rohani, mari kita arahkan mata kita kepada Allah, dan meminta Dia untuk menganugerahkan kita hikmat itu, supaya kita bisa memahami kehendakNya yang indah itu.